Banyaknya pemimpin dan
wakil rakyat yang memberikan contoh kurang baik di masyarakat membuat banyak
orang mempertanyakan kinerja partai politik sebagai penyaring sosok calon
pemimpin. Benarkah kaderisasi yang menjadi tugas partai politik dilaksanakan
dengan baik? kalau benar dilaksanakan, kenapa pemimpin yang mewakili
kepentingan rakyat seakan lupa terhadap kewajibannya dan hanya mementingkan
kepentingan pribadinya disaat mereka telah menduduki satu jabatan?
Pertanyaan-pertanyaan ini seolah tiada henti diungkapkan oleh semua kalangan. Termasuk
penulis.
Sekian kali sudah kita
melakukan pilkada, memilih wakil rakyat dari mulai pusat hingga daerah, namun
seiring itu pula tidak sedikit wakil rakyat yang kemudian lupa, bahwa ada
kewajiban yang dia emban di pundaknya.