Daftar Berita/Artikel Diterbitkan

Saturday, May 26, 2012

Pulau Terluar Pangkep




“Pulang setahun sekali, saat bulan puasa, itupun melewati beberapa pulau, NTB, dan Lombok, selama empat hari empat malam, dari Lombok naik perahu sekitar Empat jam, barulah sampai di pulau tempat tinggalnya. Terkadang Dia juga naik perahu kapal yang langsung menuju pulau tersebut, dengan menempuh waktu kurang lebih dua hari satu malam, namun rute kedua ini dilewati dengan naik kapal ukuran sedang milik nelayan.“
“ndak takut ya”, “ndak ji, sudah biasa, karena tidur ji di kerja di Kapal”,  itu ji kadang penumpang perempuan, kalau malam dan besar ombak, kadang menangis juga”.
Kisah di atas adalah satu dari kisah penduduk yang tinggal di Pulau terluar Pangkep. Jamal nama panggilannya. Saat ini Jamal kuliah di salah satu perguruan tinggi di Pangkep. saat di tanya, kenapa tidak kuliah di NTB atau Lombok yang jaraknya tidak sejauh Ibu Kota Pangkep, apalagi tidak sedikit saudara-saudara Jamal yang juga kerja di NTB maupun Lombok, Dia mengatakan, dirinya berkeinginan untuk kerja di Ibu Kota Pangkep setelah selesai kuliah nanti, mengingat KTP yang dia miliki adalah KTP Pangkep.
Kabupaten Pangkep adalah salah satu daerah di Sulsel yang memiliki kawasan yang sangat luas, apalagi daerah pesisirnya. Beberapa pulau yang masuk kawasan Pangkep ada yang berdekatan dengan pulau NTB, Lombok dan juga pulau Kalimantan.
Luas daerah pesisir Pangkep tidak lantas menjadikan PAD Pangkep lebih tinggi dibanding daerah lain. Tercatat tahun 2011 kemarin PAD Pangkep hanya sekitar 76 Milyar lebih, dengan dana perimbangan daerah dari pusat sekitar 474 Milyar lebih. Artinya, tidak jauh beda dengan daerah-daerah lain yang nota bene luas dan kekayaan sumber daya alamnya tidak “se-melimpah” Pangkep.
Lain halnya dengan Nasruddin, Dia hanya menempuh waktu 24 Jam untuk mendarat di pulaunya, Sapuka. Saat bincang-bincang dengan penulis, Nasruddin mengungkapkan keresahannya, “seharusnya Pemerintah Pangkep memiliki Perahu Kapal lintas pulau, disamping berfungsi sebagai kapal penyeberangan penumpang antar pulau khususnya ke Ibu Kota, Kapal tersebut juga dapat digunakan untuk mengambil hasil tangkapan nelayan di setiap pulau. Selama ini yang ada adalah kapal-kapal nelayan, yang daya tampungnya terbatas. Selain itu nelayan tersebut tidak lantas menjual hasil tangkapannya ke Ibu Kota, karena jaraknya yang cukup jauh dibanding pulau lain, khususnya bagi pulau-pulau terluar Pangkep.”
Selain itu, nelayan-nelayan pulau terluar Pangkep seringkali melihat situasi dan kondisi saat akan menjual hasil tangkapan. Saat di Makassar lagi mahal, maka dia menuju Makassar dan menjual hasil tangkapannya disana, saat di NTB yang mahal, dia menuju NTB, begitu seterusnya. Maka jelas, bahwa hasil tangkapan nelayan dari kekayaan sumber daya alam Pangkep tidak berdampak positif bagi pemasukan Pangkep.
Belum lagi kondisi masyarakat kepulauan yang seringkali tidak tersentuh kebijakan. Bahkan, pernah suatu hari Sepupu Jamal harus melahirkan di atas perahu kapal saat hendak menuju Ibu Kota Kecamatan, jarak antara pulau tempat tinggal Jamal dengan ibu kota kecamatan yang sangat jauh, ditambah minimnya tenaga perawat maupun bidan di pulau-pulau apatalagi pulau terluar Pangkep, sehingga kondisi serupa yang dialami Jamal tidak jarang di dapatkan.
Belum lagi akses informasi, di Pulau Satanger tempat tinggal Jamal dan pulau Sapuka tempat tinggal Nasruddin tidak ada jaringan telepon umum maupun genggam. “ketika orang tua atau keluarga mau menelpon mereka ke NTB”, tutur Jamal beberapa waktu yang lalu.
Jangankan akses telpon, pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat saja sangat minim di dapatkan. Hal tersebut dapat dilihat dari penghargaan yang diberikan Yusuf Kalla kepada Suster Apung beberapa tahun lalu. Suster tersebut mengarungi laut dari pulau ke pulau, tak mengenal malam atau siang, ketika ada kapal yang berangkat menyeberang, dia ikut ke tempat tujuan, demi masyarakat kepulauan yang membutuhkan bantuan kesehatan. 
Kurangnya pelayanan kebutuhan dasar masyarakat kepulauan juga dapat dilihat dari minimnya pelayanan kesehatan dan pendidikan. Banyaknya pegawai kesehatan maupun guru yang di tempatkan di daerah kepulauan yang kemudian pindah dan menetap di kota, semakin memperuncing masalah yang dihadapi masyarakat pulau. Sebagai perbandingan, “Tiga hari di pulau, satu bulan di darat” ungkap Jamal.

2 comments:

  1. saya butuh informasi tentang pulau sapuka, bias minta kontaknya ? tabe

    ReplyDelete
  2. maaf baru lihat komentarnya Mas. Apa belum terlambat ya.. sekali lagi maaf

    ReplyDelete