Daftar Berita/Artikel Diterbitkan

Wednesday, May 23, 2012

Hasan




Rumah ini bukan rumah singgah orang kaya, yang digunakan berlibur atau menghilangkan penat dari kerja yang sehari-harinya dilakukan di kota. Rumah ini dihuni oleh seorang warga, tepatnya di kelurahan Biraeng Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan.
Lokasi rumah ini berada di lereng salah satu gunung yang banyak terbentang di daratan Kabupaten Pangkep. Karena lokasinya yang berada di dekat gunung, membuat rumah ini asri, sejuk dan membawa kedamaian di hati penghuninya.
Salah seorang penghuni rumah ini adalah Hasan. seorang warga yang tergolong masih muda dan energik. Sehari-hari Hasan menarik bentor (becak motor) demi kebutuhan keluarganya.
Hasan dikenal sebagai seorang yang baik dan suka bergaul. Hasan juga dikenal sebagai warga yang kritis, lantaran seringnya Hasan mengkritisi perilaku tidak demokratis pemerintah di kelurahannya, dari mulai pelayanan terhadap kebutuhan dasar seperti raskin, kesehatan, dan bantuan-bantuan yang masuk ke kelurahan yang dirasakannya tidak transparan.
Hasan memiliki dua orang anak dan juga istri yang sedang menyelesaikan studinya di salah satu perguruan tinggi keguruan di Kabupaten Pangkep (*)
Sebetulnya Hasan pernah bekerja pada perusahaan tambang marmer di Pangkep (nama perusahaan tidak disebutkan). Namun Hasan memilih keluar, karena ‘perlakuan’ tidak demokratis yang diterimanya dari pihak perusahaan. Salah satunya adalah sulitnya Hasan meminta upah standar yang menjadi haknya. Selain itu, Hasan juga kerap kali memergoki upaya perusahaan untuk memanipulasi data, salah satunya agar lolos dari kewajiban pajak.
Selain itu, alasan Hasan keluar dari bekerja di perusahaan tambang adalah tidak adanya upaya serius perusahaan untuk mensejahterakan masyarakat sekitar tambang. Apalagi, perusahaan dimana Hasan bekerja adalah perusahaan tambang swasta / privat. “Perusahaan Keluarga” begitu Hasan menyebutnya.
Setelah lama menarik bentor Hasan mengaku lebih nyaman, dibanding bekerja di perusahaan tambang marmer sebagaimana yang pernah dia jalani. Sembari menjalani aktifitasnya sebagai peserta sekolah demokrasi Pangkep angkatan Ketiga, Hasan kini lebih kritis terhadap kondisi di lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
Apa yang dialami Hasan tidak jauh berbeda dengan Dua orang lainnya yang juga peserta sekolah demokrasi Pangkep, Ismail Magga dan Tajuddin. Ketiganya sama-sama pernah keluar dari bekerja di perusahaan tambang swasta di Pangkep, lantaran “kritis” terhadap perilaku perusahaan tempat mereka bekerja. 

4 comments:

  1. Pesan yg di sampaikan dlm tulisan tidak terlalu asyik untuk di simak, sepertinya hars di dramatisir sedikit spya pembaca memiliki emosional terhdp apa yg di rasakan si hasan,baik isi maupn judulnya, dan makna kata2nya sangt miskin

    ReplyDelete
  2. oke one,,, tulisan berikutnya akan dibuat seperti sinetron yang setiap malam ada di TV... kwkwkwkwk

    ReplyDelete
  3. Selain memiliki dua orang anak, Hasan juga memiliki seorang istri,,,ini kalimat apa,,,frasa berulanga,,,pie to

    ReplyDelete
  4. ndak tau juga tuh,, gimana memang seharusnya kalimatnya mas Daus..?

    ReplyDelete