Waktu
menunjukkan pukul 10.00 Wita, beberapa calon penumpang ada yang sudah
naik di atas kapal, ada juga yang duduk di halte sambil mengobrol
atau menikmati makanan yang banyak dijual di sekitar halte.
Selasa,
19 Juli 2011. Saya bersama salah seorang Peserta Sekolah Demokrasi
Pangkep Angkatan Kedua (Arif Alif) telah berada di salah satu lokasi
tersibuk di Pangkep. Kami hendak menumpang salah satu kapal perahu
yang menuju ke pulau sabutung.
Salah satu tujuan kami adalah untuk menyampaikan surat permohonan kunjungan peserta sekolah demokrasi Pangkep Angkatan kedua. Yaitu untuk berdialog dengan pemerintah desa dan masyarakat di pulau sabutung. Di pulau sabutung sendiri selain terdapat satu desa yang bernama Mattiro Kanja, juga menjadi lokasi Kantor Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara.
Salah satu tujuan kami adalah untuk menyampaikan surat permohonan kunjungan peserta sekolah demokrasi Pangkep Angkatan kedua. Yaitu untuk berdialog dengan pemerintah desa dan masyarakat di pulau sabutung. Di pulau sabutung sendiri selain terdapat satu desa yang bernama Mattiro Kanja, juga menjadi lokasi Kantor Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara.
Saat
di dermaga Pangkajene terbersit dalam fikiran saya untuk menuliskan
tentang betapa pentingnya dermaga tersebut bagi masyarakat Pangkep,
khususnya yang tinggal di kepulauan. Untuk berdagang, berbelanja,
atau sekedar bepergian ke dan dari beberapa kepulauan di Pangkep.
Namun tak tau harus memulainya dari mana.
Apabila
kita berada di dermaga ini, disana ada sebuah halte, tempat duduk
yang digunakan para calon penumpang atau untuk menunggu kapal
berangkat atau digunakan oleh para penumpang kapal yang istirahat
setelah melakukan perjalanan. Mengingat lokasinya yang sangat dekat
dengan pasar pangkajene, sehingga lokasi ini juga sangat ramai,
khususnya saat menjelang kedatangan kapal dan keberangkatannya ke
pulau.
Saat
pagi sekitar pukul pukul tujuh dermaga ini mulai dipadati masyarakat
yang datang dari pulau. Sampai siang sekitar pukul 12, yaitu saat
kapal-kapal tersebut menyebar menuju beberapa pulau di Pangkep tempat
ini masih padat.
Disekitar
dermaga ini ada satu pos jaga yang digunakan oleh personel dinas
perhubungan. Pos ini berada pas di samping halte. Dalam konsep
bernegara selain sebagai tempat nongkrong personel pengambil pajak,
pos jaga dan personel yang ada di dalamnya adalah bagian dari fungsi
pengawasan dari negara kepada masyarakatnya. Disamping pos adalah
beberapa rumah warga, yang disana juga terdapat satu tempat yang
menurut teman saya digunakan untuk “menimbun” bahan bakar solar.
Dermaga
ini berada di bawah jembatan besar yang masyarakat setempat
menyebutnya sebagai jembatan baru, walaupun sudah dibangun beberapa
tahun yang lalu. Menghubungkan daerah yang saya sebut “elit” dan
daerah yang “merakyat”. Kenapa daerah selatan jembatan saya sebut
sebagai daerah elit karena disinilah ditempatkan segala macam
pelayanan publik, termasuk di dalamnya di tempati oleh aparatus
negara maupun pengambil kebijakan. Di sebelah utara adalah daerah
yang memiliki fungsi ganda, disamping sebagai tempat berkumpulnya
masyarakat dari berbagai kelas, juga karena dibagian utara tersebut
menjadi lokasi pasar sentral Pangkajene.
Kapal-kapal
yang sandar di dermaga ini berasal dari berbagai pulau yang ada di
Pangkep. Diantaranya adalah pulau Karanrang, pulau Balang Lompo,
pulau Sabutung, bahkan seluruh kepulauan yang ada di Pangkep.
Termasuk kalau kita hendak mencari aparat pemerintahan dari beberapa pulau di Pangkep, cukup dengan jalan-jalan ke dermaga ini. Itulah sebabnya, sebelum menuju pulau sabutung, saya juga sempat bertemu kepala desa Mattiro Kanja, di tempat ini. Walaupun akhirnya kamipun nekat pergi ke pulau sebatung dengan tujuan melakukan observasi awal dan menyampaikan surat resmi pada pemerintah desa setempat.
Termasuk kalau kita hendak mencari aparat pemerintahan dari beberapa pulau di Pangkep, cukup dengan jalan-jalan ke dermaga ini. Itulah sebabnya, sebelum menuju pulau sabutung, saya juga sempat bertemu kepala desa Mattiro Kanja, di tempat ini. Walaupun akhirnya kamipun nekat pergi ke pulau sebatung dengan tujuan melakukan observasi awal dan menyampaikan surat resmi pada pemerintah desa setempat.
------
Sekitar
pukul 11.00 Wita, kapalpun berangkat dengan beberapa penumpang di
dalamnya. Saat penumpang lain duduk dibagian dalam kapal, saya
beserta teman saya mengambil tempat di atas yang sedikit panas,
menikmati pemandangan disekitar sungai yang bercabang tiga. Itulah
kenapa sungai ini disebut sebagai sungai pangkaje, yang artinya
adalah sungai yang bercabang.
Sekitar
satu jam perjalanan akhirnya kami sampai di pulau sabutung. Salah
satu pulau bersejarah, pulau yang menjadi lokasi penyeberan Syariah
Islam khususnya di daerah kepulauan di Pangkep. Di pulau ini juga
terdapat makam seorang Wali yang tidak asing bagi masyarakat Pangkep,
yaitu Puang A Walli yang memiliki nama lengkap Kiai Abd. Rahim.
Seorang ulama besar yang pernah tinggal di mekkah, menempa pendidikan
agama Islam pada beberapa ulama di Mekkah, kemudian kembali ke
Pangkep untuk berdakwah menyebarkan syariah Islam khususnya di daerah
kepulauan di Pangkep. Beliau sendiri oleh masyarakat dikenal sebagai
seorang Wali yang diberikan karamah oleh Allah, diantaranya dapat
melakukan sholat berjamaah di lokasi yang berbeda dalam waktu
bersamaan.
Tiba
di pulau sabutung kami langsung menuju kantor desa Mattiro Kanja,
bertemu dengan Sekretaris Desa yang beberapa hari sebelumnya telah
dikonfirmasi tentang kedatangan kami. Kami pun menyampaikan maksud
dan tujuan kami dan memberikan selembar surat permohonan.
Ibarat
pepatah, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Bagaimana tidak,
setelah ada kesepakatan dengan pemerintah desa setempat kamipun
istirahat di rumah seorang teman (Hasni) yang sebelumnya juga
menjemput kedatangan kami. Tak lama berselang kami dijemput oleh
Rizal menuju pulau Sabangko dengan menggunakan kapal perahu kecil
yang oleh masyarakat setempat biasa disebut jolloro’.
Bahkan pada malam harinya kami juga menyempatkan diri ke pulau salemo
walaupun hanya sekedar berkunjung ke rumah teman. Mengingat pulau
Sabangko dan pulau Salemo lokasinya tidak terlalu jauh, hanya
membutuhkan waktu 8 menit menggunakan Jolloro’
.
-----
Dari
perjalanan kami ke beberapa pulau yang berbeda, “pulau Sabutung,
Sabangko dan pulau Salemo” ada yang menggelitik dalam fikiran saya,
bahwa karakter masyarakat sangat dipengaruhi oleh akses mereka
terhadap sumber daya laut.
Berbeda
dengan Tiga pulau di atas, pulau Balang Lompo misalnya, masyarakatnya
terkesan elit. Di pulau ini kami merasakan suasana
berbeda dari cara beradaptasi dengan masyarakat setempat. Mungkin
karena masyarakatnya yang bisa dibilang hidup dengan kecukupan. Hal
tersebut terlihat dari struktur bangunan rumah dan perahu-perahu yang
mereka miliki. Dan mungkin karena pulau Balang Lompo juga adalah ibu
kota kecamatan dari kecamatan Liukang Tupabbiring Utara dan Liukang
Tupabbiring Selatan.
Masyarakat
pulau Balang Lompo tidak sedikit juga yang memiliki perahu pencari
ikan dengan menggunakan jaring besar lengkap dengan lampu-lampu sorot
atau yang biasa disebut sebagai “pabagang”. Warga yang memiliki
pabagang tentu memiliki akses yang sedikit mudah dibanding nelayan
yang hanya menggunakan jaring biasa dalam menangkap ikan.
Sebagai
kesimpulan kecil, bisa dikatakan bahwa struktur sosial yang menjelma
menjadi model dan cara berfikir masyarakat di satu pulau tertentu
berkaitan erat dengan status ekonomi dan kemudahan mereka dalam
mengakses sumber daya laut.
Inilah
catatan kecil yang bisa kami tuliskan, walaupun terkesan tidak jelas
mau dibawa kemana, semoga pembaca mendapatkan informasi yang
bermaanfaat dari tulisan ini.
teriama kasih...
ReplyDeletema kasih sappo' !
ReplyDeleteapa yang kamu tulis, tidak jauh beda apa yang di katakan oleh Alm bapak saya, dan beliou berdarah Salemo dan Labakang, konon kata Alm bapak saya dia masih ada hubungan famili (paman ) dengan puang wali, terimkasih artikelnya aq suka sekali
ReplyDeleteapa yang kamu tulis, tidak jauh beda apa yang di katakan oleh Alm bapak saya, dan beliou berdarah Salemo dan Labakang, konon kata Alm bapak saya dia masih ada hubungan famili (paman ) dengan puang wali, terimkasih artikelnya aq suka sekali
ReplyDeleteSaya tertarik meneliti tentang budaya masyarakat kepulauan pangkep....
ReplyDelete