Secara
umum demokrasi dikenal sebagai sistem pemerintahan yang kini dianut di
Indonesia. Dalam perjalanannya demokrasi mengalami dialektika pemaknaan yang
semakin menunjukkan sisi positif. Itu tak lepas dari peran empat pilar
demokrasi yang langsung maupun tidak langsung menentukan arah dan perkembangan
demokrasi. Ketika salah satu dari mereka tidak konsisten dengan arah dan tujuan
demokrasi, maka demokrasi hanya akan jalan di tempat dan mengalami kemunduran.
Empat
pilar demokrasi tersebut yang pertama adalah Cipil Society atau masyarakat
sipil. Cipil society sendiri terbagi-bagi atas berbagai kalangan, kalangan
media dan lembaga-lembaga baik keagamaan, kemahasiswaan, ekonomi, sosial,
budaya, atau lembaga apa saja yang tidak menerima gaji dari negara termasuk
dalam pilar Cipil society.
Kedua
Pemerintah atau aparatus negara. Mereka menerima gaji dan mendapat fasilitas
negara dalam setiap melakukan aktifitasnya. Boleh dikata merekalah yang lebih
berperan dalam proses demokrasi karena merekalah pelaksana pemerintahan. Ketiga
partai politik. Partai politik memiliki tugas memberikan pendidikan politik di
masyarakat dan melakukan kaderisasi yang siap menjadi aktor-aktor politik. Namun
tak sedikit wacana yang berkembang bahwa pendidikan politik yang dilakukan
partai politik, jalan di tempat. Justru yang ada adalah kerja musiman atau
bergerilya mencari calon-calon yang mapan secara politik. Pilar
keempat adalah pengusaha. Selama ini pengusaha sangat erat kaitannya dengan
pengambilan kebijakan baik di pusat maupun daerah. Maka sangat tidak mungkin
memisahkan kekuasaan dengan perkembangan usaha di tanah air. Karena seringkali,
mereka yang berada dibalik kesuksesan politik adalah juga pengusaha.
Idealnya
empat pilar tersebut harus berjalan sebagaimana mestinya untuk menciptakan
tatanan demokrasi yang diharapkan. Demokrasi yang memberikan pemenuhan,
keadilan dan tentunya kesejahteraan bagi rakyat secara keseluruhan.
Demi
tujuan di atas Komunitas Indonesia untuk Demokrasi (KID) menyelenggarakan
sekolah demokrasi di beberapa daerah di tanah air. Di Sulsel KID bekerja sama
dengan Lembaga Advokasi dan Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR) Sulsel menyelenggarakan
Sekolah demokrasi di kabupaten Pangkep. Sebelum di Pangkep sekolah demokrasi
telah juga dilaksanakan selama empat tahun di Kabupaten Jeneponto. Salah satu
alasan kenapa Pangkep menjadi daerah penyelenggaraan sekolah demokrasi adalah
karena Pangkep salah satu kabupaten tertinggal di Sulawesi selatan.
Namun ukuran ditetapkannya suatu daerah sebagai tempat diselenggarakannya sekolah demokrasi tidak hanya satu, banyak pertimbangan diperlukan termasuk jauh dekatnya daerah dari ibukota propinsi, yaitu Makassar. Namun yang pasti, sekolah demokrasi diselenggarakan adalah untuk melakukan penguatan praktek-praktek demokrasi ditingkat lokal.
Namun ukuran ditetapkannya suatu daerah sebagai tempat diselenggarakannya sekolah demokrasi tidak hanya satu, banyak pertimbangan diperlukan termasuk jauh dekatnya daerah dari ibukota propinsi, yaitu Makassar. Namun yang pasti, sekolah demokrasi diselenggarakan adalah untuk melakukan penguatan praktek-praktek demokrasi ditingkat lokal.
$$$
Tiga tahun sudah LAPAR bekerjasama
dengan KID mengelola Sekolah Demokrasi di Kabupaten Pangkep. Menawarkan konsep
demokrasi ideal, dengan asumsi bahwa demokrasi yang berkembang dan berlaku saat
ini dalam beberapa prakteknya banyak mendistorsi makna universal dari demokrasi
itu sendiri. Seringkali demokrasi yang berjalan terbatas pada aspek prosedural
saja. Hal itu dapat diukur dari penyelenggaraan pilkada langsung.
Pemimpin-pemimpin yang lahir dari proses demokrasi tersebut secara umum masih
jauh dari yang diharapkan. Sekolah demokrasi hadir mencoba memberikan warna dan
harapan. Karena demokrasi bukan saja menyangkut aspek prosedural namun juga
menyangkut subtansi.
Dalam perjalanannya sekolah demokrasi
menjadi wacana mulai ditingkat bawah hingga pemangku kebijakan. Dampak langsung
maupun tidak langsung dapat dirasakan secara kasat mata. Namun begitu, banyak
juga yang harus menunggu hingga beberapa hari, bulan bahkan beberapa tahun ke
depan.
Tujuan ideal sekolah demokrasi tak lain adalah mencoba membentuk aktor-aktor demokrasi lokal. Diawali dengan proses yang sangat menentukan, yaitu merekrut muda-mudi yang siap di tempa dan siap “tempur”. Salah satu syarat yang juga sangat menentukan adalah peserta harus berdomisili dan tinggal di kabupaten Pangkep.
Tujuan ideal sekolah demokrasi tak lain adalah mencoba membentuk aktor-aktor demokrasi lokal. Diawali dengan proses yang sangat menentukan, yaitu merekrut muda-mudi yang siap di tempa dan siap “tempur”. Salah satu syarat yang juga sangat menentukan adalah peserta harus berdomisili dan tinggal di kabupaten Pangkep.
Peserta yang diterima adalah peserta
yang lolos seleksi. Setelah mereka resmi menjadi peserta selanjutnya peserta diberikan
pemahaman, keterampilan dan juga nilai. Tiga tujuaan ini disebut juga sebagai
tujuan wajib sekolah demokrasi Pangkep. Dikatakan wajib, karena harus dimiliki
semua peserta yang tergabung dalam sekolah demokrasi, baik saat peserta masih
berstatus peserta sekolah maupun setelah mereka menjadi alumni.
Tujuan wajib tersebut dimanifestasikan
dalam berbagai bentuk kegiatan. Dengan tujuan dapat terinternalisasi dengan
baik oleh seluruh peserta. oleh karena itu, setiap kegiatan yang
diselenggarakan memiliki keterkaitan. Artinya, antara kegiatan satu dengan
kegiatan yang lain memiliki hubungan, minimal keterkaitan issu.
Kegiatan sekolah demokrasi dibagi ke
dalam dua item kegiatan, inclass dan outclass. Dalam kegiatan Inclass peserta menerima
materi dan diberikan modul sebagai bahan bacaan dan diskusi. Selain itu peserta
juga menerima input materi dari narasumber. Dihadirkannya Narasumber adalah
untuk memperkaya pengetahuan peserta disamping membahas isi modul. Namun yang
utama adalah peserta dapat terbantu dalam memahami dan mendiskusikan maksud dan
subtansi modul yang sedang di bahas. Dipandu oleh fasilitator tetap sekolah
demokrasi, peserta mengeksplorasi pengalaman yang mereka miliki, baik yang
mereka rasakan langsung maupun yang mereka lihat. Namun yang utama, pembahasan
modul harus dikaitkan dengan realitas yang ada di sekitar tempat tinggal
peserta.
Sedangkan kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam outclass, seperti dialog publik, dialog dengan pengambil kebijakan, atau dialog dengan pemerintah dan masyarakat di desa-desa, dimaksudkan agar peserta memiliki keterampilan. Diantaranya keterampilan berdialog secara produktif, diskusi dengan tujuan menemukan solusi bersama, dan yang tak kalah penting dari itu adalah peserta memperoleh data dari setiap kunjungan, dialog, dan diskusi yang mereka lakukan. Dimana data-data itu nantinya juga berfungsi menjadi bahan diskusi berkelanjutan antar peserta sendiri atau dengan berbagai pihak. Bahkan data tersebut digunakan peserta sebagai bahan membuat tulisan.
Sedangkan kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam outclass, seperti dialog publik, dialog dengan pengambil kebijakan, atau dialog dengan pemerintah dan masyarakat di desa-desa, dimaksudkan agar peserta memiliki keterampilan. Diantaranya keterampilan berdialog secara produktif, diskusi dengan tujuan menemukan solusi bersama, dan yang tak kalah penting dari itu adalah peserta memperoleh data dari setiap kunjungan, dialog, dan diskusi yang mereka lakukan. Dimana data-data itu nantinya juga berfungsi menjadi bahan diskusi berkelanjutan antar peserta sendiri atau dengan berbagai pihak. Bahkan data tersebut digunakan peserta sebagai bahan membuat tulisan.
Secara umum dapat dijabarkan, bahwa
kegiatan Inclass dimaksudkan agar peserta mendapatkan penguatan pengetahuan dan
nilai, sedangkan kegiatan outclass adalah bagian dari proses pembentukan
keterampilan dan internalisasi nilai. Sehingga
setelah peserta menjadi alumni, peserta memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang diimplemantasikan dalam kegiatan mereka sehari-hari.
Alumni
Alumni
sekolah demokrasi kini tersebar di beberapa daerah di tanah air. Di Sulsel,
alumni sekolah demokrasi ada di dua daerah, Jeneponto dan Pangkep. Dapat
dikatakan, inilah tantangan terbesar yang dimiliki penyelenggara saat ini.
Karena alumni sekolah demokrasi yang nota bene berasal dari empat pilar
demokrasi sebagaimana dijelaskan di atas, selain bernaung dalam lembaga alumni,
mereka juga kembali menjalani aktifitas mereka seperti saat sebelum menjadi
peserta sekolah demokrasi.
Di
Pangkep para alumni bernaung dalam Komite Komunitas Demokrasi Pangkep (KKDP).
Secara umum KKDP cukup mampu mendimisasi alumni untuk lebih dewasa dalam
berfikir dan bertindak. Tak sedikit kegiatan yang dilakukan para alumni sebagai
bagian dari proses mendorong demokrasi berjalan sebagaimana mestinya.
Di awal perjalanannya alumni mencoba
menghadirkan nelayan, menampung aspirasi mereka dan mewacanakannya. Nelayan-nelayan
tersebut merasakan langsung imbas dari ketidak adilan pendistribusian pelayanan
yang ada di Pangkep. Walaupun advokasi dari persoalan ini tidak maksimal, namun
kegiatan ini adalah kemajuan. Mengingat lebarnya jurang pemisah antara
pemerintah dengan masyarakat, khususnya masyarakat kepulauan. Disamping
pasifnya kegiatan lembaga-lembaga non pemerintah di Pangkep kala itu.
Langkah kedua alumni adalah dengan
mengajak beberapa pihak yang kompeten membicarakan anggaran. Para alumni
menghadirkan beberapa pakar untuk bersama-sama mendiskusikan APBD. Dialog ini
dihadiri oleh beberapa elemen Pemda dan DPRD. Selain untuk mengangkat issu
anggaran yang pro poor, tujuan dari
diadakannya diskusi ini adalah agar masyarakat turut serta mengawasi proses
penganggaran yang ada di daerah mereka. Tentu saja ini juga adalah bagian dari
proses pembelajaran politik di masyarakat, apalagi disiarkan langsung melalui
radio di Pangkep.
Alumni sekolah demokrasi diharapkan
menjadi aktor terbentuknya tatanan demokrasi subtansial di Kabupaten Pangkep.
Sekaligus mampu menjadi mediator antara berbagai pilar demokrasi yang ada di
Pangkep. Harapan itu akan sia-sia kalau para alumni tidak memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilannya selama menjadi peserta sekolah demokrasi. Justru saat
inilah perubahan itu di depan mata, di tangan alumni sekolah demokrasi. Oleh
karena itu, KKDP harus selalu dinamis, demi terciptanya tatanan demokrasi yang lebih baik..!
No comments:
Post a Comment