Nahdlatul Ulama sangat
berkepentingan terhadap kondisi keamanan Turki mengingat di negeri yang berada
di dua benua ini, Asia dan Eropa, banyak tersimpan artefak-artefak penting
sejarah perkembangan Islam seperti stempel yang digunakan Rasulullah, rambut
Rasulullah, dan benda-benda bersejarah yang tak ternilai harganya yang
tersimpan di berbagai museum. Pergantian kekuasaan, bisa saja menyebabkan
benda-benda tersebut dihancurkan sebagaimana yang terjadi di Saudi Arabia yang
memusnahkan banyak sekali benda-benda bersejarah.
Hal tersebut disampaikan Sekjen PBNU,
H. Helmy Faishal Zaini disela-sela diskusi Taswirul Afkar, dengan tema Kudeta
Turki, Transisi atau Konspirasi, yang berlangsung di perpustakaan Gedung
PBNU, Senin (18/7).
“Kami prihatin dan sedih dengan
adanya ketidakpastian tersebut tanpa berpretensi siapa yang berkuasa. Jangan
sampai Turki mengalami nasib seperti Mesir,“ terang Helmy Faishal sebagaimana dilansir nu.or.id.
Melihat yang terjadi di Turki hari
ini bisa dilihat dari tiga hal, Pertama, adanya invisible hand,
yaitu tangan-tangan global yang bermain, baik dari eksternal seperti Israel
atau dari faktor internal, yaitu kudeta yang memang sengaja dibuat.
Kedua, mungkin saja ada keniscayaan dari para pengikut Gulen yang
sudah jengah dengan perilaku rezim saat ini yang sudah semakin jauh dari
cita-cita yang diinginkan bersama dahulu. Sebelumnya, Erdogan dan Fathullah
Gulen merupakan partner, tetapi kemudian pecah kongsi.
Ketiga, rezim Erdogan yang belakangan bersikap semakin otoriter
melahirkan perlawanan-perlawanan yang akhirnya pecah dalam kudeta
tersebut.
“NU sangat berkepentingan agar
kondisi Turki terjaga,” katanya mengakhiri diskusi.
No comments:
Post a Comment