Daftar Berita/Artikel Diterbitkan

Sunday, October 3, 2010

Kecapi; Budaya Masyarakat Sulsel yang Kurang Diperhatikan

Kecapi adalah salah satu budaya tradisional masyarakat Sulawesi Selatan. Salah satunya yang ada di Desa Tompo Bulu, Kecamatan Balocci, Kab. Pangkep. Namun, kelompok kecapi tersebut tidak sebesar group band modern sebagaimana yang banyak muncul ditengah perkembangan pergaulan anak muda beberapa dekade terakhir. Karena, sejak di koordinasi dan dibentuk oleh Ininnawa beberapa tahun yang lalu, ternyata hanya satu orang yang bisa memainkan alat kecapi tersebut.
Saat kami datang ke lembaga adat Bulu Parenreng yang ditunjuk oleh pemerintah Desa Tompo Bulu beberapa waktu yang lalu. Kami tidak sempat untuk menemui seniman kecapi tersebut, karena sedang dalam kondisi sakit. Sehingga kami hanya sempat berbincang-bincang dengan Ketua Lembaga Adat Desa Tompo Bulu beserta anaknya di kediaman Beliau.
Menariknya, bahwa lembaga adat tersebut sejatinya dibentuk atas penunjukan pemerintah desa waktu akan digelar lomba desa. Penunjukan tersebut juga tidak melalui proses yang panjang, mengingat Ibu Intang yang ditunjuk sebagai ketua adat Desa Tompo Bulu, memang sehari-harinya selalu menjadi orang yang dituakan, dimana setiap kali ada acara pernikahan misalnya selalu menjadi pembicara atau pengikat sang pengantin.
Namun keberadaan lembaga adat tersebut ternyata hanya sekedar formalitas. Karena sejak dibentuk, lembaga tersebut dibiarkan begitu saja oleh Pemerintah setempat. Bahkan keberlanjutan kelompok kecapi dan gambus yang sempat dirintis oleh Ininnawa beberapa tahun yang lalu juga kurang mendapat respon dari pemerintah. Buktinya, saat Majid sang maestro kecapi di Desa Tompo Bulu sakit, tidak ada lagi yang mampu memainkan kecapi. Tidak ada yang mampu menggantikan Beliau untuk tampil dalam acara pesta rakyat di desa.
Tompo Bulu adalah salah satu asset Pangkep, mengingat selain lokasinya yang sangat menarik, dilereng gunung Bulusaraung, desa Tompo Bulu juga merupakan desa percontohan penerapan Syariah Islam kedua di Pangkep setelah Pulau Salemo. “Walaupun penunjukan tersebut juga sekedar formalitas.” Benar, bahwa anak-anak perempuan sampai Ibu-ibu yang tinggal di Tompo Bulu memakai jilbab. Namun, hal tersebut dilakukan hanya untuk mematuhi seruan pemerintah desa, hanya sedikit yang keluar dari kesadaran beragama mereka (Ibu-Ibu).
Sudah selayaknya pemerintah memperhatikan kebudayaan masyarakat Tompo Bulu, mengingat Kecapi adalah sebuah tradisi masyarakat Sulsel yang patut dipertahankan. Dalam kebudayaan, tersimpan suatu kearifan yang positif bagi keberlangsungan kehidupan orang yang mempercayainya.
Kebiasaan masyarakat Tompo Bulu melakukan Mappalili, Mappadendang dan juga kebiasaan melakukan acara di hari jum’at harus diapresiasi sebagai sebuah tradisi positif yang perlu diperhatikan, begitupun komunitas kecapi dan juga gambus yang baru terbentuk beberapa tahun yang lalu. Karena selain kebudayaan asli masyarakat Sulsel, dalam budaya kecapi juga terdapat sebuah identitas, dan makna yang positif bagi kehidupan. Dengan kata lain, Kecapi adalah sebuah kesenian tradisi masyarakat Sulsel yang sangat penting dan harus dipertahankan.

;) Ininnawa adalah lembaga penerbitan dan penelitian Makassar

No comments:

Post a Comment