Talk Only, No Action. Pernyataan ini seolah menggiring kita untuk mempertanyakan
posisi kita. Namun, perlukah menetukan posisi diantara kedua hal tersebut?
Talk Only
berarti (Hanya berbicara), No Action berarti
(Tidak Bertindak/Bergerak Melakukan Sesuatu). Namun yang bagaimana itu Talk
Only?
Kadang Talk Only bagi sebagian orang bermakna
negatif. Bukankah Talk Only juga penting sebagai bagian dari kebebasan
berbicara atau berpendapat.
Dalam hubungan rumah tangga, orang tua seringkali
menggunakan Talk Only dalam menasehati anaknya. Walaupun begitu tidak jarang
juga orang tua yang memukul, mencubit, menjewer bahkan melakukan tindakan
kekerasan lain (action), hanya untuk membuat anaknya mengerti, mengikuti apa
yang dia inginkan.
Hasil dari Talk Only kadang luar biasa dibanding anak yang dihasilkan dari (action) yang berlebihan. Karena sejak dini anak diajak berbicara, bercerita, berdialog, dan mendiskusikan banyak hal. Seorang anak mengerti hanya dengan ditunjukkan fakta-fakta yang ada disekitarnya, sehingga saat anak tersebut dewasa, dia belajar dari pengalaman hidupnya.
Hasil dari Talk Only kadang luar biasa dibanding anak yang dihasilkan dari (action) yang berlebihan. Karena sejak dini anak diajak berbicara, bercerita, berdialog, dan mendiskusikan banyak hal. Seorang anak mengerti hanya dengan ditunjukkan fakta-fakta yang ada disekitarnya, sehingga saat anak tersebut dewasa, dia belajar dari pengalaman hidupnya.
Beda halnya dengan anak yang dari sejak dini
diajari dengan kekerasan. Terkadang hal tersebut menjelma dan terbawa sampai
dia dewasa. Kekerasan dianggap sebagai suatu yang wajar. Bahkan menurut
beberapa pakar perkembangan anak, anak yang dididik dengan kekerasan, di pukul
dsb, justru cenderung lamban dalam perkembangan pemikirannya. Lebih fatal lagi
kalau dianggap bahwa kekerasan adalah satu-satunya jalan menyelesaikan
persoalan.
Dalam konteks yang lebih luas, masyarakat misalnya,
Talk Only juga penting untuk mendudukan masalah. Mendiskusikan problem di
kampung, mencari solusi bersama atas masalah yang dihadapi. Bahkan dalam
sejarahnya, hanya karena Talk masyarakat mampu menemukan berbagai alternatif
menyiasati perbedaan dan pertentangan.
Justru banyak literatur yang menyebutkan, hanya
karena Talk berbagai macam konflik fisik (action) diselesaikan. Namun tidak
dapat dipungkiri bahwa action juga banyak memberikan sumbangsih atas kemajuan/
perubahan dan perkembangan dalam satu peradaban.
Perlu kiranya memetakkan kembali makna Talk Only. Kalau
Talk Only dimaknai sebagai tindakan yang tidak penting, maka tidak perlu talk
onli. Tapi kalau Talk Only dirasa penting, sebagai bagian dari kritik sosial,
mengingatkan, menasehati, atau bahkan ada satu kondisi dimana Talk Only-lah
yang bisa dilakukan, maka perlu Talk Only No Action.
Sebagai kesimpulan awal, Talk Only juga penting,
tidak perlu melecehkan Talk Only. Begitupun Action juga penting untuk mengukur
tindakan dari adanya Talk Only. Selama segala sesuatunya masih bisa dengan Talk
Onli kenapa tidak. Tidak perlu repot-repot mengeluarkan otot, tidak perlu ada
kekerasann fisik.
No comments:
Post a Comment